Puasa
merupakan Rukun Islam yang keempat. Bagi umat Islam puasa di Bulan Ramadhan
hukumnya fardu ain, yaitu diwajibkan bagi seorang muslim yang telah baligh,
berakal, sehat jasmani dan rohani, merdeka dan tidak dalam safar. Sesuai Firman
Allah SWT “hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa .(Q.S.
Al-Baqarah:183)
Mengajarkan
anak untuk puasa merupakan hal yang sangat berat bagi orang tua, apalagi dalam
era globalisasi ini. Cara yang baik adalah dengan mengajarkan puasa anak sedari
dini mungkin sehingga setelah dewasa anak sudah terbiasa untuk menjalankan
puasa pada bulan ramadhan ini. Namun sekarang nampaknya sudah jarang orang tua
yang masih menerapkannya, alasannya karena kasihan kepada anak yang memang
memiliki jadwal sekolah yang cukup padat, sehingga orang tua memberi kebebasan
kepada anak untuk tidak puasa. Dalam lingkungan keluarga, orang tua bukan hanya
mengajarkan agar anak puasa tetapi juga menjadi contoh yang baik. Ketika orang
tua menyuruh anaknya berpuasa namun ia sendiri tidak puasa maka hal tersebut
tentu akan menimbulkan pemikiran yang berbeda terhadap anak, maka akan timbul
pertanyaan “untuk apa saya puasa?.”
Lingkungan
masyarakat juga memiliki pengaruh yang besar bagi anak untuk tidak menjalankan
puasa. Ketika di rumah mungkin sebagian anak puasa namun ketika berada diluar
rumah dan tanpa sepengetahuan orang tua si anak tidak berpuasa, hal tersebut
tidak lain karena pengaruh lingkungan kita lihat banyak rumah makan yang bebas
buka siang hari, tidak sedikit pula yang datang sekedar makan, ngopi, merokok,
bukan hanya dari kalangan orang biasa namun kebanyakan dari mereka adalah
pegawai negeri sipil, ini menandakan sikap toleransi masyarakat kita sekarang
sudah sangat rendah.
Sekolah
merupakan tempat yang baik untuk bagi anak untuk menjalankan puasa. Tidak
diperbolehkannya kantin buka selama bulan puasa mengharuskan anak belajar untuk
berpuasa minimal selama dalam lingkungan sekolah.
Ketika
bulan ramadhan alokasi waktu dalam proses pembelajaran akan dikurangi, dan
biasanya kepala sekolah dan guru akan menggantinya dengan kegiatan yang
berhubungan dengan ramadhan seperti pesantren kilat. Pesantren kilat merupakan
kegiatan yang rutin dilakukan setiap tahunnya dimana peserta didik dikumpulkan
dalam satu ruangan. Kegiatannya ialah peserta didik sholat dhuha bersama, peserta
didik membaca Al-Quran secara bersama-sama, peserta didik mendengarkan
tausiah/ceramah yang disampaikan guru agama.
Namun
hal itu kurang berjalan dengan baik, banyak siswa yang menjadikan kegiatan
pesantren kilat sebagai ajang bermalas-malasan. Seperti banyak siswa yang tidak
masuk sekolah dengan alasan bebas, memang kegiatan pesantren kilat ini
kehadiran siswa jarang diperhatikan, tidak adanya absensi yang dilakukan guru
mata pelajaran, ataupun wali kelasnya sendiri, hal itulah yang membuat siswa
malas untuk pergi sekolah pada bulan puasa, hanya membuat capek dan membuang
ongkos saja katanya.
Kurangnya
penjelasan dan pengawasan guru menjadikan siswa yang mengikuti kegiatan
pesantren kilat kurang memahamai apa maksud dan tujuan dari adanya kegiatan
tersebut. Ketika penyampaian ceramah pun siswa hanya asik sendiri mengobrol
dengan temannya, bermain handphone, bahkan ada yang tidur dibiarkan begitu saja
tanpa ada peneguran dari pihak guru, entah kenapa hal itu bisa terjadi.
Kegiatan pesantren kilat yang tidak ada pembaruan setiap tahunnya menjadikan
kegiatan ini yang seharusnya menyenangkan menjadi kegiatan yang membosankan, untuk sebagian peserta didik
lebih memilih tidak masuk sekolah.
Kegiatan
lainnya selain pesantren kilat yaitu dilakukannya pembagian buku Ramadhan. Buku
Ramadhan ialah buku agenda peserta didik dalam satu Bulan Ramadhan ini. Buku Ramadhan
berisi tentang kegiatan puasa dan sholat, tadarus al-quran, serta kegiatan
keilmuan. Kegiatan puasa dan sholat, berisi seberapa sering peserta didik
mengerjakan sholat wajib maupun sunah, serta berapa sering peserta didik
berpuasa. Tadarus Al-Quran dimana peserta didik diharuskan untuk membaca Al-Quran
berapa banyak yang telah dibaca. Kemudian ada kegiatan keilmuan, kegiatan
keilmuan berisi mengenai kegiatan peserta didik untuk mencatat ceramah yang
telah disimaknya baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kegiatan
pemberian buku Ramadhan juga tentu memiliki kekurangan serta kendala.
Kekurangannya yaitu setiap sekolah pembagian buku Ramadhan tidak merata, ada
yang sudah dibagikan sebelum puasa dan ada juga yang dibagikan pada saat puasa
sudah berjalan beberapa hari, bahkan ada yang tidak mendapatkannya, ketika
membagikan buku Ramadhan guru maupun pihak sekolah tidak memberikan penjelasan
terlebih dahulu apa yang harus dilakukan peserta didik dengan buku tersebut,
memang hal itu tidak menjadi kendala bagi siswa SMP dan SMA, namun akan menjadi
kendala bagi siswa SD apalagi siswa sd kelas 2-3 sudah diwajibkan untuk membeli
buku tersebut, harga buku yang berbeda setiap sekolah menjadikan orang tua
peserta didik bingung. Entah kenapa hal itu bisa terjadi? apakah buku Ramadhan
menjadi bisnis usaha pihak sekolah atau ada oknum-oknum tertentu?, setelah itu
tidak ada tindaklanjut mengenai buku Ramadhan tersebut, tugas peserta didik
yang dikerjakan selama bulan Ramadhan tidak dikoreksi oleh guru bahkan hanya
disimpan di rumah.
Perlu
adanya evaluasi dalam hal ini. Pengawasan dan didikan orang tua, pemberian
motivasi dan nilai-nilai agama kepada anak, lingkungan yang mendukung, adanya
sikap saling menghargai, kegiatan sekolah yang menyenangkan dan mengandung
manfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar