Minggu, 19 Juni 2016

Berkurangnya Motivasi Peserta Didik Dalam Mengikuti Kegiatan Bulan Ramadhan



Puasa merupakan Rukun Islam yang keempat. Bagi umat Islam puasa di Bulan Ramadhan hukumnya fardu ain, yaitu diwajibkan bagi seorang muslim yang telah baligh, berakal, sehat jasmani dan rohani, merdeka dan tidak dalam safar. Sesuai Firman Allah SWT “hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa .(Q.S. Al-Baqarah:183)
Mengajarkan anak untuk puasa merupakan hal yang sangat berat bagi orang tua, apalagi dalam era globalisasi ini. Cara yang baik adalah dengan mengajarkan puasa anak sedari dini mungkin sehingga setelah dewasa anak sudah terbiasa untuk menjalankan puasa pada bulan ramadhan ini. Namun sekarang nampaknya sudah jarang orang tua yang masih menerapkannya, alasannya karena kasihan kepada anak yang memang memiliki jadwal sekolah yang cukup padat, sehingga orang tua memberi kebebasan kepada anak untuk tidak puasa. Dalam lingkungan keluarga, orang tua bukan hanya mengajarkan agar anak puasa tetapi juga menjadi contoh yang baik. Ketika orang tua menyuruh anaknya berpuasa namun ia sendiri tidak puasa maka hal tersebut tentu akan menimbulkan pemikiran yang berbeda terhadap anak, maka akan timbul pertanyaan “untuk apa saya puasa?.”
Lingkungan masyarakat juga memiliki pengaruh yang besar bagi anak untuk tidak menjalankan puasa. Ketika di rumah mungkin sebagian anak puasa namun ketika berada diluar rumah dan tanpa sepengetahuan orang tua si anak tidak berpuasa, hal tersebut tidak lain karena pengaruh lingkungan kita lihat banyak rumah makan yang bebas buka siang hari, tidak sedikit pula yang datang sekedar makan, ngopi, merokok, bukan hanya dari kalangan orang biasa namun kebanyakan dari mereka adalah pegawai negeri sipil, ini menandakan sikap toleransi masyarakat kita sekarang sudah sangat rendah.
Sekolah merupakan tempat yang baik untuk bagi anak untuk menjalankan puasa. Tidak diperbolehkannya kantin buka selama bulan puasa mengharuskan anak belajar untuk berpuasa minimal selama dalam lingkungan sekolah.
Ketika bulan ramadhan alokasi waktu dalam proses pembelajaran akan dikurangi, dan biasanya kepala sekolah dan guru akan menggantinya dengan kegiatan yang berhubungan dengan ramadhan seperti pesantren kilat. Pesantren kilat merupakan kegiatan yang rutin dilakukan setiap tahunnya dimana peserta didik dikumpulkan dalam satu ruangan. Kegiatannya ialah peserta didik sholat dhuha bersama, peserta didik membaca Al-Quran secara bersama-sama, peserta didik mendengarkan tausiah/ceramah yang disampaikan guru agama.
Namun hal itu kurang berjalan dengan baik, banyak siswa yang menjadikan kegiatan pesantren kilat sebagai ajang bermalas-malasan. Seperti banyak siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan bebas, memang kegiatan pesantren kilat ini kehadiran siswa jarang diperhatikan, tidak adanya absensi yang dilakukan guru mata pelajaran, ataupun wali kelasnya sendiri, hal itulah yang membuat siswa malas untuk pergi sekolah pada bulan puasa, hanya membuat capek dan membuang ongkos saja katanya.
Kurangnya penjelasan dan pengawasan guru menjadikan siswa yang mengikuti kegiatan pesantren kilat kurang memahamai apa maksud dan tujuan dari adanya kegiatan tersebut. Ketika penyampaian ceramah pun siswa hanya asik sendiri mengobrol dengan temannya, bermain handphone, bahkan ada yang tidur dibiarkan begitu saja tanpa ada peneguran dari pihak guru, entah kenapa hal itu bisa terjadi. Kegiatan pesantren kilat yang tidak ada pembaruan setiap tahunnya menjadikan kegiatan ini yang seharusnya menyenangkan menjadi kegiatan yang  membosankan, untuk sebagian peserta didik lebih memilih tidak masuk sekolah.
Kegiatan lainnya selain pesantren kilat yaitu dilakukannya pembagian buku Ramadhan. Buku Ramadhan ialah buku agenda peserta didik dalam satu Bulan Ramadhan ini. Buku Ramadhan berisi tentang kegiatan puasa dan sholat, tadarus al-quran, serta kegiatan keilmuan. Kegiatan puasa dan sholat, berisi seberapa sering peserta didik mengerjakan sholat wajib maupun sunah, serta berapa sering peserta didik berpuasa. Tadarus Al-Quran dimana peserta didik diharuskan untuk membaca Al-Quran berapa banyak yang telah dibaca. Kemudian ada kegiatan keilmuan, kegiatan keilmuan berisi mengenai kegiatan peserta didik untuk mencatat ceramah yang telah disimaknya baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kegiatan pemberian buku Ramadhan juga tentu memiliki kekurangan serta kendala. Kekurangannya yaitu setiap sekolah pembagian buku Ramadhan tidak merata, ada yang sudah dibagikan sebelum puasa dan ada juga yang dibagikan pada saat puasa sudah berjalan beberapa hari, bahkan ada yang tidak mendapatkannya, ketika membagikan buku Ramadhan guru maupun pihak sekolah tidak memberikan penjelasan terlebih dahulu apa yang harus dilakukan peserta didik dengan buku tersebut, memang hal itu tidak menjadi kendala bagi siswa SMP dan SMA, namun akan menjadi kendala bagi siswa SD apalagi siswa sd kelas 2-3 sudah diwajibkan untuk membeli buku tersebut, harga buku yang berbeda setiap sekolah menjadikan orang tua peserta didik bingung. Entah kenapa hal itu bisa terjadi? apakah buku Ramadhan menjadi bisnis usaha pihak sekolah atau ada oknum-oknum tertentu?, setelah itu tidak ada tindaklanjut mengenai buku Ramadhan tersebut, tugas peserta didik yang dikerjakan selama bulan Ramadhan tidak dikoreksi oleh guru bahkan hanya disimpan di rumah.
Perlu adanya evaluasi dalam hal ini. Pengawasan dan didikan orang tua, pemberian motivasi dan nilai-nilai agama kepada anak, lingkungan yang mendukung, adanya sikap saling menghargai, kegiatan sekolah yang menyenangkan dan mengandung manfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar