Jumat, 12 Agustus 2016

ANALISIS CERPEN NASIHAT-NASIHAT KARYA A.A NAVIS MELALUI PENDEKATAN STRUKTURAL



TUGAS 2

KAJIAN CERPEN NASIHAT-NASIHAT KARYA A.A NAVIS
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Apresiasi Prosa Fiksi, semester tiga
tahun akademik 2013/2014





 








 

Disusun oleh :
Ika Andiawati






JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS WIRALODRA INDRAMAYU
Alamat Jln. Ir. H. Juanda KM 03 Singaraja - Indramayu
Tahun 2015









BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Apresiasi karya sastra adalah pembelajaran sastra. Apresiasi adalah kegiatan mengakrabi karya sastra secara sunggguh-sungguh. Di dalam mengakrabi tersebut terjadi proses pengenalan, pemahaman, penghayatan, penikmatan, dan setelah itu penerapan , Roestam Effendi dkk.(1998). Karya sastra dikelompokan menjadi tiga jenis yaitu prosa, puisi, dan drama. Untuk dapat memahami karya  sastra  kita harus memiliki pengetahuan tentang fungsi dan unsur-unsur karya sastrayang dibacanya.
      Prosa fiksi sebagai sebuah cerita rekaan yang biasa juga disebut sebagai cerita rekaan memiliki fungsi  untuk memberikan kepada pembaca tentang suatu kejadian atau peristiwa yang mungkin ada dalam kehidupan nyata. Untuk dapat memahami sebuah  karya sastra salah satunya prosa fiksi kita harus melakukan sebuah analisis,  mencari unsur-unsur prosa fiksi sebagaimana  yang sudah dipelajari bahwa unsur-unsur tersebut mencakup unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
1.2  Rumusan Masalah
1.      mengetahui pengertian cerpen.
2.      mengetahui macam-macam unsur instrinsik dan ekstrinsik cerpen.
3.       mengetahui unsur intrinsik dan ekstrinsik Cerpen Nasihat-nasihat karya A.A Navis.
1.3  Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini :
1.      untuk mengetahui  pengertian cerpen.
2.      Untuk mengetahui macam-macam unsur instrinsik dan ekstrinsik cerpen.
3.      Untuk  mengetahui unsur intrinsik dan ekstrinsik Cerpen Nasihat-nasihat karya A.A Navis melalui pendekatan struktural.






BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Cerpen
Cerpen adalah jenis karya sastra yang  dipaparkan atau dijelaskan dalam bentuk tulisan yang berwujud sebuah cerita atau kisah secara pendek, jelas, serta ringkas. Cerpen bisa disebut juga dengan sebuah prosa fiksi  yang isinya  tentang pengisahan  yang hanya terfokus pada satu konflik atau  permasalahan. Untuk lebih singkatnya cerpen itu adalah cerita pendek yang hanya berpusat pada satu konflik.
   2.2  Unsur Instrinsik Cerpen
           2.2.1 Pengertian Unsur Instrinsik
                        Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang terkandung didalam suatu karya sastra.
   2.2.2 Macam-mancam Unsur Instrinsik
Unsur intrinsik terdiri dari beberapa unsur yaitu  Tema, Cerita, Plot, Penokohan, Latar,    Sudut Pandang, Bahasa, Gaya Bahasa, dan Moral.
            2.3 Unsur Ekstrinsik
                  2.3.1 Pengertian Unsur Ekstrinsik
                        Unsur ekstrinsik adalah  unsur-unsur dari  luar yang memengaruhi suatu karya sastra.
                  2.3.2 Macam atau Jenis Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik terdiri dari Biografi Pengarang, Psikologi didalam Psikologi terdapat Psikologi Pengarang, Psikologi Pembaca, Keadaan Lingkungan Pengarang terdiri dari Lingkungan Ekonomi, Lingkungan Politik dan Lingkungan Sosial.
                           
                       




BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Cerpen Nasihat-nasihat karya A.A Navis
3.1.1 Sinopsis Cerpen
            Ketika Hasibuan, anak muda yang menumpang di kamar depan menceritakan kesulitannya, dengan penuh perhatian ia mendengarkan. Memang selamanya wajahnya kelihatan sungguh-sungguh, bila setiap orang mengemukakan kesulitannya untuk meminta sekedar nasihat yang berharga. Sikapnya menyenangkan hati orang. Sedang rambut dan kumisnya yang lebat dan telah putih seluruhnya itu, memberikan keyakinan dalam setiap hati  yang dilanda kerisauan, bahwa dari padanya saja nasihat yang paling baik memancar.
            Nasihat orang tua itu selamanya berharga. Karena itu, setiap orang tak berani memulai sesuatu  sebelum diminta nasihatnya. Dan jikalau  orang lupa meminta nasihat kepadanya, mereka itu merasa berdosa sekali. Dan was-was timbul dalam hati. Namun demikian,  biar orang lupa dan tak butuh nasihatnya pun, ia mampu memperlihatkan kebesaran jiwanya. Cepat-cepat ia memberikan nasihatnya. Dengan penuh kesungguhan dan dengan segala pertimbangan  yang sangat masuk akal.
            Pada setiap perkumpulan namanya pastilah tecantum sebagai nasihat. Kalau tidak diminta, ia sendiri akan menawarkan dirinya. Dan tak ada satu pun dari perkumpulan itu saling berlawanan asas.
            Dan ketika Hasibuan, anak muda yang menumpang di kamar depan menceritakan kesulitannya demikian hilang akal, ia tidak tersenyum melecehkan. Segalanya dipandang berat, walau kadang-kadang ia tahu soalnya adalah tetek-bengek saja.
            Sebagaimana mestinya, orang tua itu tidak lantas meluncurkan nasihatnya yang kramat. Lebih dulu ia lepaskan punggungnya kesandaran sofa dengan lelahnya. Diisapnya lagi cangklongnya beberapa kali. Dan asapnya yang mengepul dari bawah hidung, dipandangnya beberapa jurus. Seolah pada asap itu terlukis segala ilham nasihatnya.

Anak muda itu tidak bergerak dari sifatnya semula, meski ia gelisah benar oleh lambatnya orangtua itu bicara.
            Hasibuan merasa, bahwa ucapan orang tua itu seperti menuduhnya telah berbicara yang bukan-bukan. Dan ia mau meyakinkan orang tua itu. Tapi sebelum ia selesai menyusun kalimat yang hendak diucapkannya, orang itu berkata lagi. Katanya, “Aku sudah tua. Sudah banyak pengalaman. Aku sudah mengerti benar segala sifat dan fiil manusia. Bahkan dari  setiap muka seseorang aku dapat membaca segalanya. Tenang itu aku takkan silap. Percayalah.”
            “Tentu saja kau tidak sadar. Karena aku masih terlalu muda. Belum banyak pengalaman. Percayalah kepadaku, orang tua yang sudah banyak pengalaman ini. Gadis itu pasti gila. Nah, nasihatku dalam hal ini, begini: Jauhi dia. Elakkan dia bila bertemu di jalan. Kalau bertemu juga, jangan disahuti tegurannya. Mudah-mudahan, jika kauikuti nasihatku ini, insya Allah kau pasti selamat. Dunia akhirat.”
            Hasibuan bertanya pada dirinya sendiri. Dapatkah  ia mengikuti orang tua  itu? Kemarin gadis  itu, yangsampai saat itu tak pula diketahui namanya, duduk disampingnya diatas  bis. Setelah omong-omong tentang hal-hah yang tidak berarti, tiba-tiba gadis itu menyandarkan kepalanya ke bahunya.
            Kemudian gadis yang tak hendak berpisah lagi dengan dia itu, ditumpangkannya ke rumah seorang kenalannya di tepi kota. Dan pada gadis itu ia berjanji hendak menemuinya besok pagi.
            Ketika pagi datang, sebelum  ia menemuinya, lebih dulu ia bicara kepada orang tua itu untuk meminta  nasihatnya. Nasihat orang tua itu diikutinya. Jadi ia tak menemui gadis  itu. Namun gadis itu menemuinya di kantor. Ketika ia melihat gadis itu menangis kemudian hasibuan mengantarkan kembali gadis itu ke rumah kenalannya . Orang tua itu begitu kecewanya. Di pandangnya Hasibuan tenang-tenang, seperti hendak menaksir isi kepalanya.
            Orang tua itu menyangka, setelah tiga hari berlalu persoalan Hasibuan beres sudah.menurut sangkany, gadis itutelah kembali ke keluarganya. Atau sudah masuk rumah sakit gila. Tapi hari keempat, Hasibuan pulang dari kantornya membawa kegugupan. Sangkanya, tentu  anak muda itu mendapat kesukaran lain yang berhubungan  dengan pekerjaan kantornya saja. Ia menunggu anak muda itu meminta nasihatnya yang berharga lagi. Tapi langkah jengkelnya dia, ketika Hasibuan menceritakan kesukarannya itu mah berkisah padasoal gadis itu juga.
Bawa dia ke sini. Nanti aku dapat menyelesaikan kesukaranmu dengan mudah. Ikutilah nasihatku. Nasihat orang tua yang telah banyak pengalaman ini. Gembira benar hati orang tua itu, ketika Hasibuan membawa gadi itu ke rumahnya untuk diperkenalkan kepadanya.
            Setelah ia menghidupkan api cangklongnya, orang tua itu meneruskan bicaranya. “Dengarlah nasihatku lagi. Nasihat orang tua banyak pengalaman ini. Nasihatku, kawini dia lekas. Biarkan orang tuanya meminangkau, seperti adat Minangkabau, “kata orang tua itu.
            “keluarganya sudah datang kepadaku.”
            Tiba-tiba orang tua itu seperti kena listrik. Ia merasa seolah-olah telah dilampaui begitu saja. Tepi pikirannya kemudian, barangkali Hasibuan belum memberi putusan kepada keluarga gadis itu. Tak percaya ia, bahwa Hasibuan akan memutuskan begitu saja tanpa meminta nasihatnya.
3.1.2   Analisis unsur intrinsik Cerpen Nasihat-nasihat karya A.A Navis
3.1.2.1       Tema
cerpen nasihat-nasihat karya A.A Navis ini bertemakan kungkungan adat dalam masyarakat, bahwa kebiasaan anak muda  yang meminta  nasihat kepada orang tua agar hidupnya mampu berjalan dengan baik. Terlihat dari kutipan cerpen bahwa Hasibuan seorang pemuda yang sedang mengalami masalah meminta nasihat kepada orang tua.
Kutipan :
“dan ketika, anak muda yang menumpang di kamar depan menceritakan kesulitannya demikian hilang akal….” (Navis,1986 :28)
“sebagaimana mestinya, orang tua itu tidak lantas meluncurkan nasihatnya yang kramat.” (Navis, 1986:28)
3.1.2.2       Cerita
Ketika Hasibuan, anak muda yang menumpang di kamar depan menceritakan kesulitannya, dengan penuh  perhatian ia mendengarkan. Memang selamanya wajahnya kelihatan sungguh-sungguh, bila setiap orang mengemukakan kesulitannya untuk meminta sekedar nasihat yang berharga.
Sebagaimana mestinya, orang tua itu tidak lantas meluncurkan nasihatnya yang kramat. Lebih dulu ia lepaskan punggungnya kesandaran sofa dengan lelahnya. Diisapnya lagi cangklongnya
beberapa kali. Dan asapnya yang mengepul dari bawah hidung, dipandangnya beberapa jurus. Seolah pada asap itu terlukis segala ilham nasihatnya.
3.1.2.3   Alur
Alur pada cerpen nasihat-nasihat karya A.A Navis menggunakan alur maju, terlihat ketika Haibuan, anak muda yang menumpang di kamar depan menceritakan kesulitannya, dengan penuh perhatian  ia mendengarkan. Kemudian ceritanya berjalan hingga ke tahap penyelesaian masalah terlihat ketika Hasibuan akan menikahi gadis itu.
-          Situasi
“ketika Hasibuan, anak muda yang menumpang di kamardepan menceritakan kesulitannya.” (Navis, 1986:27)
-          Pemunculan konflik
“coba kau bayangkan kembali, seorang gadis desa yang seharusnya pemal, tahu   adat, sopan, duduk disamping seorang laki-laki  tak dikenal diatas bis.”  (Navis,1986:29)
-          Klimaks
“Tapi alangkah jengkelnya dia, ketika Hasibuan menceritakan kesukarannya itu masih berkisar pada soal gadis itu juga.
-          Penyelesaian
“…nasihat orang tua yang telah banyak pengalaman ini. Bawa dia besok, ya.” (Navis, 1986:38)
“nasihatku, kawini dia lekas. Jangan tunggu lama.” (Navis, 1986:39)
3.1.2.4   Tokoh
3.1.2.4.1 Hasibuan
-          Orang yang mudah putus asa
 “ itulah semua,” ujar hasibuan dengan nada putus asa. (navis,1986 :28)
-           Suka menolong
“malah kuberi dia ongkos.” (Navis,1986:31)
-          Kurang pendirian
“tak aku temui dia.” (Navis, 1986:30)
“Aku antarkan dia kembali kerumah kenalanku itu.” (Navis,1986 :31)
3.1.2.4.2     Orang tua
-          Selalu memberikan nasihat yang berharga

“nasihat  orangtua itu selamanya berharga. (Navis,1986 :27)
-          Orang  yang selalu menyenangkan hati orang
“…sikapnya  ini menyenangkan hati orang. (navis,1986 :27)
“…orang tua itu memanglah merupakan orang tua yang paling menyenangkan.” (Navis, 1986:38)
-          Bijaksana
“ini memang sulit,” katanya dengan pasti. “apabila kau betul-betul menurutkan nasihatku, tidaklah akan sulit benar. Mudah benar mengatasinya.” (Navis, 1986 :28)
“Aku  sudah tua. Sudah banyak pengalaman. Aku sudah tua. Sudah banyak pengalaman….” (Navis,1986:29)
3.1.2.4.3     Gadis desa
-          Tegas
 “…. dan gadis itu menjawab dengan tegas, ‘ke mana abang, ke sana aku.
-          Baik
“….Anak baik dia ini.” (Navis,1986:39)
3.1.2.5 Latar
3.1.2.5.1 Latar Tempat
-          kamar depan
“ketika Hasibuan, anak muda yang menumpang di kamar depan menceritakan kesulitannya.” (Navis, 1986:27)
-          di atas bis
“kemarin  gadisitu yang sampai saat  itu tak pula diketahui namanya, duduk di sampingnya di atas bis.” (Navis,1986 :30)
-          kantor
“Ya. Ketika pesuruh kantor memberi tahu….” (Navis, 1986:31)
-          tepi kota
“...ditumpangkannya ke rumah seorang kenalannya di tepi kota.” (Navis, 1986:30)
-          rumah
“…aku bawa dia kembalike rumah kenalanku itu.” (Navis, 1986:31)
-          padang
“ia pergi ke Padang.” (Navis, 1986:32)
“dia lari ke Padang.” (Navis,1986 :33)
-          minangkabau
“di negeri minangkabau….” (Navis,1986 :32)
-          ruang tamu
“dan ketika ia sedang bedua saja di ruang tamu….” (Navis, 1986:38)
3.1.2.5.2     Latar Waktu
-          pagi
“ketika pagi datang….” (Navis,1986 :30)
-          jam sembilan
“tapi, Pak, jam Sembilan tadi….”(Navis, 1986:30)
-          malam
“…karena hari sudah malam.” (Navis,1986 :31)
3.1.2.5.3           Latar Suasana
-          malu
“hingga semua orangdi kantor jadi tahu persoalanku. Aku malu sekali.” (Navis, 1986:31)
-          sedih
“ ibunya sudah lama mati. Ketika ia masih kecil benar. Lalu ayahnya kawin lagi. Tiga tahun yang lalu ayahnya meninggal pula.” (Navis, 1986:32)
-          gelisah
“kegelisahan itu dilihatnya. Lalu ia berkata lagi meluncurkan nasihatnya:” Ah, tak usah gelisah, ikutilah nasihatku.” (Navis, 1986:37)
3.1.2.6      Sudut pandang
Menggunakan sudut pandang orang kedua.
“ketika Hasibuan, anak muda yang menumpang di kamardepan menceritakan  kesulitannya, dengan penuh perhatian ia  mendengarkan.”(Navis, 1986:27)
“…ia  mampu melihat kebesaran  jiwanya.” (Navis, 1986:27)
3.1.2.7      Bahasa
Bahasa yang diguanakan dalam cerpen nasihat-nasihat karya A.A Navis ini menggunakan bahasa Indonesia (bahasa melayu)
“dan ninik mamak-nya pastilah takkan membiarkan keponakannya hidup tersia-sia.”
(Naavis, :32)
“jika hilang  bercari, jika tenggelam diselami.” (Navis,1986 :32)
3.1.2.8      Gaya Bahasa
-           Metafora
“nah, ucapanmu itu, sudah menunjukan betapa mudamu. Mukamu, gerakmu, dapat aku baca, seperti aku membaca Koran saja.” (Navis, 1986:34)
“pada air mukamu yang muda itu, dapataku baca semua.” (Navis, 1986:38)
-          Hiperbola
“seolah pada asap itu terlukis segala ilham nasihatnya.” (Navis, 1986:28)
-          Pribahasa
“…sebagai orang tua yang telah banyak makan garam kehidupan.”(Navis,1986:37)
3.1.2.9 Amanat
Kita harus selalu menghormati orang tua, harus selalu mendengarkan nasihat  orang tua karena nasihat orang tua itu selamanya berharga.
Dari cerita Hasibuan yang mendapat  masalah dan meminta nasihat dari orang tua. Namun  ketika  Hasibuan diminta untuk menikahi si gadis. Tanpa meminta pertimbangan dengan orang tuannya Hasibuan setuju akan hal itu, karena ia  pun sangat mencintai si gadis. Orang tuanya merasa dilangkahi oleh Hasibuan dan tidak berkata apapun orang tuanya langsung masuk ke kamar.
     Dalam hal ini kita harus tahu bahwa kejujuran harus ditanamkan pada diri kita sendiri, karena sesungguhnya itu  menyangkut kehidupan kita bukan hanya sekarang namun sampai nanti. Sebagai anak kita harus mengetahui hak dan kewajiban orang tua terhadap anaknya. Jangan hanya mengandalkan keinginan diri sendiri sehingga melupakan dan tidak meminta nasihat kepada orang tua dan baru minta nasihat setelah kalian melakukan hal itu. Ingat bahwa restu orang tua adalah restu Allah jangan sampai kalian menyesal suatu saat. 
3.1.3             Analisis  Unsur Ekstrinsik  Cepen Nasihat-nasihat karya A.A Navis
3.1.3.1           Biografi Pengarang
A.A Navis nama lengkapnya Ali Akbar Navis, lahir di Padang  Panjang, Sumatra  Barat , pada tanggal 17 November 1924. Pendidikannya di  Indonesisch Nederiandsch School, Kayutanam. Ia pernah  bekerja di pabrik porselen Jepang 1944-1946, menjadi kepala bagian kesenian pada jabatan kebudayaan Provinsi Sumatra Tengah di Bukit Tinggi (1953-1955)  dan menjadi anggota DPRD  Provinsi Sumatra Barat (1971-1977).


3.1.3.2           Psikologi
3.1.3.2.1 Psikologi Pengarang
A.A Navis menyampaikan sebuah perlawanan melalui tokoh anak muda yaitu  Hasibuan. Perlawanan yang digambarkan A.A Navis juga tidak disampaikan secara  terang-terangan. Anak muda ini tetap mengikuti aturan adat yang memang sudah berlaku di tempat ia tinggal. Saat mendapatkan sebuah kebimbangan ia selalu mendatangi orang tua yang dianggapsepuh untuk dimintai nasihat namun tidak dijalankan.
Sebuah kritik akan sebuah adat yang  selalu berjalan dengan  kaku akan membuat sebuah penafsiran yang salah.
3.1.3.2.2          Psikologi Pembaca
rupanya A.A Navis ingin memberikan suatu pelajaran hidup untuk pembaca. Setelah saya membaca cerpen Nasihat-nasihat, bahwa dalam kehidupan ini terjadi berbagai suatu peristiwa, suatu rintangan, ujian namun  kita harus menghadapinya dengan keyakinan jika kita memiliki kebenaran dalam diri kita. Ketika saya membaca cerpen ini saya menyadari bahwa cerita yang terkandung didalamnya merupakan cerminan dari kehidupan kita, saya sadar bahwa nasihat orang tua adalah untuk kebaikan kita sebagai anak.
3.1.3.3 Keadaan Lingkungan Pengarang
melihat  keadaan di lingkungan tempat tinggal di Padang Panjang, khusunya di Minangkabau yang saat itu masih berpagarkan adat bahwa setiap anak muda  harus meminta nasihat kepada orang tua. Apapun nasihat yang disampaikan harus dilakukan meskipun nasihat yang diberikan belum sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Disini A.A Navis mengkritik keadaan lingkungan tempat tinggalnya, bahwa orang tua boleh memberi nasihat kepada anak-anaknya namun berikanlah kebebasan untuk anak memilih jalan hidupnya sendiri selagi itu baik untuknya, untuk keluarganya, serta baik untuk agamanya.


3.1.3.3.1         Lingkungan Ekonomi
lingkungan ekonomi yang terkandung dalam cerita pendek Nasihat-nasihat karya A.A Navis ini bahwa dari tokoh Hasibuan, orang tua, dan gadis desa lingkungan ekonominya cukup terlihat pada kutipan  :
“lebih dulu ia lepaskan punggungnya ke sandaran sofa dengan lelahnya. Diisapnya lagi cangklongnya beberapa kali.” (Navis, 1986:28)
“Ya. Ketika pesuruh kantor  memberi tahu, ada tamu untukku….”(Navis,1986:31)
“malah kuberi dia ongkos.” (Navis, 1986:31)
“Ya. Dia tak mau. Uangku tak diterimanya. (Navis,1986 :31)
3.1.3.3.2        Lingkungan Politik
Lingkungan politik  yang terdapat dalam cerita pendek ini ketika orang tua menyuruh Hasibuan untuk menyerahkan gadis desa itu ke polisi karena mengira bahwa gadis desa itu akan menjebak Hasibuan.
“…serahkan dia pada polisi.” (Navis, 1986:34)
3.1.3.3.3        Lingkungan Sosial
Cerpen  Nasihat-nasihat karya A.A Navis ini menggambarkan lingkungan sosial dalam daerah Minangkabau yang pada saat itu masih mengenal pagar adat. Bahwa seseorang wanita bisa dikatakan ia adalah gadis desa harus memiliki sikap sopan santun, halus budinya, tahu adat serta memiliki sifat pemalu. Lingkungan sosial yang disampaikan oleh A.A Navis  selanjutnya yakni bahwa seseorang gadis yang ingin dinikahi, keluarganya harus melamaratau meminang pihak laki-laki terlebih dahulu karena hal itu merupakan adat Minangkabau.
“Hm. Seorang gadis. Gadis desa pula lagi. Yang mestinya pemalu, tahu adat, kesopanan tinggi….”(Navis, 1986:32)
“biarkan orang tuanya meminang kau, seperti adat Minangkabau.”(Navis,1986 :39)


BAB 4
SIMPULAN

4.1 SIMPULAN
Jadi didalam cerpen nasihat-nasihat karya A.A Navis ini bertemakan kungkungan adat dalam masyarakat, bahwa kebiasaan anak muda  yang meminta  nasihat kepada orang tua agar hidupnya mampu berjalan dengan baik. Terlihat dari kutipan cerpen bahwa Hasibuan seorang pemuda yang sedang mengalami masalah meminta nasihat kepada orang tua. Serta amanat yang bisa kita ambil bahwa sebagai seorang anak harus selalu mendengarkan nasihat orang tua, namun sebagai orang tua juga kita jangan terlalu mengekang keinginan anak, selagi itu masih didalam batas kewajaran. 






















DAFTAR PUSTAKA

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University  Press
Navis, A.A 1986. Robohnya Surau Kami. JAKARTA: PT.Gramedia Pustaka Utama.
www.Apresiasi sastra-wikipedia bahasa  Indonesia.com
id.wikipedia.org/../Apresiasi-Sastra


1 komentar: