TUGAS
2
KAJIAN
CERPEN NASIHAT-NASIHAT KARYA A.A NAVIS
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Apresiasi Prosa Fiksi, semester tiga
Disusun oleh :
Ika Andiawati
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS
WIRALODRA INDRAMAYU
Alamat
Jln. Ir. H. Juanda KM 03 Singaraja - Indramayu
Tahun
2015
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Apresiasi karya sastra adalah pembelajaran sastra. Apresiasi
adalah kegiatan mengakrabi karya sastra secara sunggguh-sungguh. Di dalam
mengakrabi tersebut terjadi proses pengenalan, pemahaman, penghayatan,
penikmatan, dan setelah itu penerapan , Roestam Effendi dkk.(1998). Karya
sastra dikelompokan menjadi tiga jenis yaitu prosa, puisi, dan drama. Untuk
dapat memahami karya sastra kita harus memiliki pengetahuan tentang
fungsi dan unsur-unsur karya sastrayang dibacanya.
Prosa fiksi sebagai sebuah cerita rekaan
yang biasa juga disebut sebagai cerita rekaan memiliki fungsi untuk memberikan kepada pembaca tentang suatu
kejadian atau peristiwa yang mungkin ada dalam kehidupan nyata. Untuk dapat memahami
sebuah karya sastra salah satunya prosa
fiksi kita harus melakukan sebuah analisis,
mencari unsur-unsur prosa fiksi sebagaimana yang sudah dipelajari bahwa unsur-unsur
tersebut mencakup unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
1.2 Rumusan Masalah
1. mengetahui pengertian cerpen.
2. mengetahui macam-macam unsur instrinsik dan
ekstrinsik cerpen.
3. mengetahui unsur intrinsik dan ekstrinsik Cerpen
Nasihat-nasihat karya A.A Navis.
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan dalam pembuatan makalah ini :
1. untuk mengetahui pengertian cerpen.
2. Untuk mengetahui macam-macam unsur instrinsik
dan ekstrinsik cerpen.
3. Untuk mengetahui unsur intrinsik dan ekstrinsik
Cerpen Nasihat-nasihat karya A.A Navis melalui pendekatan struktural.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Cerpen
Cerpen adalah jenis karya sastra yang dipaparkan atau dijelaskan dalam bentuk
tulisan yang berwujud sebuah cerita atau kisah secara pendek, jelas, serta
ringkas. Cerpen bisa disebut juga dengan sebuah prosa fiksi yang isinya
tentang pengisahan yang hanya
terfokus pada satu konflik atau
permasalahan. Untuk lebih singkatnya cerpen itu adalah cerita pendek
yang hanya berpusat pada satu konflik.
2.2 Unsur Instrinsik Cerpen
2.2.1
Pengertian Unsur Instrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur
yang terkandung didalam suatu karya sastra.
2.2.2 Macam-mancam Unsur Instrinsik
Unsur intrinsik terdiri dari beberapa unsur
yaitu Tema, Cerita, Plot, Penokohan,
Latar, Sudut Pandang, Bahasa, Gaya
Bahasa, dan Moral.
2.3 Unsur Ekstrinsik
2.3.1 Pengertian Unsur Ekstrinsik
Unsur
ekstrinsik adalah unsur-unsur dari luar yang memengaruhi suatu karya sastra.
2.3.2 Macam atau Jenis Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik terdiri dari Biografi Pengarang,
Psikologi didalam Psikologi terdapat Psikologi Pengarang, Psikologi Pembaca,
Keadaan Lingkungan Pengarang terdiri dari Lingkungan Ekonomi, Lingkungan
Politik dan Lingkungan Sosial.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Cerpen Nasihat-nasihat
karya A.A Navis
3.1.1 Sinopsis Cerpen
Ketika Hasibuan, anak muda yang menumpang
di kamar depan menceritakan kesulitannya, dengan penuh perhatian ia
mendengarkan. Memang selamanya wajahnya kelihatan sungguh-sungguh, bila setiap
orang mengemukakan kesulitannya untuk meminta sekedar nasihat yang berharga.
Sikapnya menyenangkan hati orang. Sedang rambut dan kumisnya yang lebat dan
telah putih seluruhnya itu, memberikan keyakinan dalam setiap hati yang dilanda kerisauan, bahwa dari padanya
saja nasihat yang paling baik memancar.
Nasihat orang tua itu selamanya
berharga. Karena itu, setiap orang tak berani memulai sesuatu sebelum diminta nasihatnya. Dan jikalau orang lupa meminta nasihat kepadanya, mereka
itu merasa berdosa sekali. Dan was-was timbul dalam hati. Namun demikian, biar orang lupa dan tak butuh nasihatnya pun,
ia mampu memperlihatkan kebesaran jiwanya. Cepat-cepat ia memberikan
nasihatnya. Dengan penuh kesungguhan dan dengan segala pertimbangan yang sangat masuk akal.
Pada setiap perkumpulan namanya
pastilah tecantum sebagai nasihat. Kalau tidak diminta, ia sendiri akan
menawarkan dirinya. Dan tak ada satu pun dari perkumpulan itu saling berlawanan
asas.
Dan ketika Hasibuan, anak muda yang
menumpang di kamar depan menceritakan kesulitannya demikian hilang akal, ia
tidak tersenyum melecehkan. Segalanya dipandang berat, walau kadang-kadang ia
tahu soalnya adalah tetek-bengek saja.
Sebagaimana mestinya, orang tua itu
tidak lantas meluncurkan nasihatnya yang kramat. Lebih dulu ia lepaskan
punggungnya kesandaran sofa dengan lelahnya. Diisapnya lagi cangklongnya
beberapa kali. Dan asapnya yang mengepul dari bawah hidung, dipandangnya
beberapa jurus. Seolah pada asap itu terlukis segala ilham nasihatnya.
Anak
muda itu tidak bergerak dari sifatnya semula, meski ia gelisah benar oleh
lambatnya orangtua itu bicara.
Hasibuan merasa, bahwa ucapan orang
tua itu seperti menuduhnya telah berbicara yang bukan-bukan. Dan ia mau
meyakinkan orang tua itu. Tapi sebelum ia selesai menyusun kalimat yang hendak
diucapkannya, orang itu berkata lagi. Katanya, “Aku sudah tua. Sudah banyak pengalaman.
Aku sudah mengerti benar segala sifat dan fiil manusia. Bahkan dari setiap muka seseorang aku dapat membaca
segalanya. Tenang itu aku takkan silap. Percayalah.”
“Tentu saja kau tidak sadar. Karena
aku masih terlalu muda. Belum banyak pengalaman. Percayalah kepadaku, orang tua
yang sudah banyak pengalaman ini. Gadis itu pasti gila. Nah, nasihatku dalam
hal ini, begini: Jauhi dia. Elakkan dia bila bertemu di jalan. Kalau bertemu
juga, jangan disahuti tegurannya. Mudah-mudahan, jika kauikuti nasihatku ini, insya Allah kau pasti selamat. Dunia
akhirat.”
Hasibuan bertanya pada dirinya
sendiri. Dapatkah ia mengikuti orang
tua itu? Kemarin gadis itu, yangsampai saat itu tak pula diketahui
namanya, duduk disampingnya diatas bis.
Setelah omong-omong tentang hal-hah yang tidak berarti, tiba-tiba gadis itu
menyandarkan kepalanya ke bahunya.
Kemudian gadis yang tak hendak
berpisah lagi dengan dia itu, ditumpangkannya ke rumah seorang kenalannya di
tepi kota. Dan pada gadis itu ia berjanji hendak menemuinya besok pagi.
Ketika pagi datang, sebelum ia menemuinya, lebih dulu ia bicara kepada
orang tua itu untuk meminta nasihatnya.
Nasihat orang tua itu diikutinya. Jadi ia tak menemui gadis itu. Namun gadis itu menemuinya di kantor.
Ketika ia melihat gadis itu menangis kemudian hasibuan mengantarkan kembali
gadis itu ke rumah kenalannya . Orang tua itu begitu kecewanya. Di pandangnya
Hasibuan tenang-tenang, seperti hendak menaksir isi kepalanya.
Orang tua itu menyangka, setelah
tiga hari berlalu persoalan Hasibuan beres sudah.menurut sangkany, gadis
itutelah kembali ke keluarganya. Atau sudah masuk rumah sakit gila. Tapi hari
keempat, Hasibuan pulang dari kantornya membawa kegugupan. Sangkanya,
tentu anak muda itu mendapat kesukaran
lain yang berhubungan dengan pekerjaan
kantornya saja. Ia menunggu anak muda itu meminta nasihatnya yang berharga
lagi. Tapi langkah jengkelnya dia, ketika Hasibuan menceritakan kesukarannya
itu mah berkisah padasoal gadis itu juga.
Bawa
dia ke sini. Nanti aku dapat menyelesaikan kesukaranmu dengan mudah. Ikutilah
nasihatku. Nasihat orang tua yang telah banyak pengalaman ini. Gembira benar
hati orang tua itu, ketika Hasibuan membawa gadi itu ke rumahnya untuk
diperkenalkan kepadanya.
Setelah ia menghidupkan api cangklongnya,
orang tua itu meneruskan bicaranya. “Dengarlah nasihatku lagi. Nasihat orang
tua banyak pengalaman ini. Nasihatku, kawini dia lekas. Biarkan orang tuanya
meminangkau, seperti adat Minangkabau, “kata orang tua itu.
“keluarganya sudah datang kepadaku.”
Tiba-tiba orang tua itu seperti kena
listrik. Ia merasa seolah-olah telah dilampaui begitu saja. Tepi pikirannya
kemudian, barangkali Hasibuan belum memberi putusan kepada keluarga gadis itu.
Tak percaya ia, bahwa Hasibuan akan memutuskan begitu saja tanpa meminta
nasihatnya.
3.1.2
Analisis
unsur intrinsik Cerpen Nasihat-nasihat karya A.A Navis
3.1.2.1
Tema
cerpen
nasihat-nasihat karya A.A Navis ini bertemakan kungkungan adat dalam
masyarakat, bahwa kebiasaan anak muda
yang meminta nasihat kepada orang
tua agar hidupnya mampu berjalan dengan baik. Terlihat dari kutipan cerpen
bahwa Hasibuan seorang pemuda yang sedang mengalami masalah meminta nasihat
kepada orang tua.
Kutipan :
“dan ketika, anak muda
yang menumpang di kamar depan menceritakan kesulitannya demikian hilang akal….”
(Navis,1986 :28)
“sebagaimana mestinya,
orang tua itu tidak lantas meluncurkan nasihatnya yang kramat.” (Navis,
1986:28)
3.1.2.2
Cerita
Ketika Hasibuan, anak
muda yang menumpang di kamar depan menceritakan kesulitannya, dengan penuh perhatian ia mendengarkan. Memang selamanya
wajahnya kelihatan sungguh-sungguh, bila setiap orang mengemukakan kesulitannya
untuk meminta sekedar nasihat yang berharga.
Sebagaimana mestinya,
orang tua itu tidak lantas meluncurkan nasihatnya yang kramat. Lebih dulu ia
lepaskan punggungnya kesandaran sofa dengan lelahnya. Diisapnya lagi
cangklongnya
beberapa kali. Dan
asapnya yang mengepul dari bawah hidung, dipandangnya beberapa jurus. Seolah
pada asap itu terlukis segala ilham nasihatnya.
3.1.2.3
Alur
Alur pada cerpen
nasihat-nasihat karya A.A Navis menggunakan alur maju, terlihat ketika Haibuan,
anak muda yang menumpang di kamar depan menceritakan kesulitannya, dengan penuh
perhatian ia mendengarkan. Kemudian
ceritanya berjalan hingga ke tahap penyelesaian masalah terlihat ketika
Hasibuan akan menikahi gadis itu.
-
Situasi
“ketika Hasibuan, anak
muda yang menumpang di kamardepan menceritakan kesulitannya.” (Navis, 1986:27)
-
Pemunculan konflik
“coba kau bayangkan
kembali, seorang gadis desa yang seharusnya pemal, tahu adat, sopan, duduk disamping seorang
laki-laki tak dikenal diatas bis.” (Navis,1986:29)
-
Klimaks
“Tapi alangkah
jengkelnya dia, ketika Hasibuan menceritakan kesukarannya itu masih berkisar
pada soal gadis itu juga.
-
Penyelesaian
“…nasihat orang tua
yang telah banyak pengalaman ini. Bawa dia besok, ya.” (Navis, 1986:38)
“nasihatku, kawini dia
lekas. Jangan tunggu lama.” (Navis, 1986:39)
3.1.2.4
Tokoh
3.1.2.4.1
Hasibuan
-
Orang yang mudah putus asa
“ itulah semua,” ujar hasibuan dengan nada
putus asa. (navis,1986 :28)
-
Suka menolong
“malah
kuberi dia ongkos.” (Navis,1986:31)
-
Kurang pendirian
“tak aku temui dia.”
(Navis, 1986:30)
“Aku antarkan dia
kembali kerumah kenalanku itu.” (Navis,1986 :31)
3.1.2.4.2
Orang
tua
-
Selalu memberikan nasihat yang berharga
“nasihat orangtua itu selamanya berharga. (Navis,1986
:27)
-
Orang
yang selalu menyenangkan hati orang
“…sikapnya ini menyenangkan hati orang. (navis,1986 :27)
“…orang tua itu
memanglah merupakan orang tua yang paling menyenangkan.” (Navis, 1986:38)
-
Bijaksana
“ini memang sulit,”
katanya dengan pasti. “apabila kau betul-betul menurutkan nasihatku, tidaklah
akan sulit benar. Mudah benar mengatasinya.” (Navis, 1986 :28)
“Aku sudah tua. Sudah banyak pengalaman. Aku sudah
tua. Sudah banyak pengalaman….” (Navis,1986:29)
3.1.2.4.3
Gadis
desa
-
Tegas
“…. dan gadis itu menjawab dengan tegas, ‘ke
mana abang, ke sana aku.
-
Baik
“….Anak baik dia ini.”
(Navis,1986:39)
3.1.2.5
Latar
3.1.2.5.1
Latar Tempat
-
kamar depan
“ketika Hasibuan, anak
muda yang menumpang di kamar depan menceritakan kesulitannya.” (Navis, 1986:27)
-
di atas bis
“kemarin gadisitu yang sampai saat itu tak pula diketahui namanya, duduk di
sampingnya di atas bis.” (Navis,1986 :30)
-
kantor
“Ya. Ketika pesuruh
kantor memberi tahu….” (Navis, 1986:31)
-
tepi kota
“...ditumpangkannya ke
rumah seorang kenalannya di tepi kota.” (Navis, 1986:30)
-
rumah
“…aku bawa dia
kembalike rumah kenalanku itu.” (Navis, 1986:31)
-
padang
“ia pergi ke Padang.”
(Navis, 1986:32)
“dia lari ke Padang.”
(Navis,1986 :33)
-
minangkabau
“di negeri minangkabau….”
(Navis,1986 :32)
-
ruang tamu
“dan ketika ia sedang
bedua saja di ruang tamu….” (Navis, 1986:38)
3.1.2.5.2
Latar
Waktu
-
pagi
“ketika pagi datang….”
(Navis,1986 :30)
-
jam sembilan
“tapi, Pak, jam
Sembilan tadi….”(Navis, 1986:30)
-
malam
“…karena hari sudah
malam.” (Navis,1986 :31)
3.1.2.5.3
Latar
Suasana
-
malu
“hingga semua orangdi
kantor jadi tahu persoalanku. Aku malu sekali.” (Navis, 1986:31)
-
sedih
“ ibunya sudah lama
mati. Ketika ia masih kecil benar. Lalu ayahnya kawin lagi. Tiga tahun yang
lalu ayahnya meninggal pula.” (Navis, 1986:32)
-
gelisah
“kegelisahan itu
dilihatnya. Lalu ia berkata lagi meluncurkan nasihatnya:” Ah, tak usah gelisah,
ikutilah nasihatku.” (Navis, 1986:37)
3.1.2.6
Sudut
pandang
Menggunakan sudut
pandang orang kedua.
“ketika Hasibuan, anak
muda yang menumpang di kamardepan menceritakan
kesulitannya, dengan penuh perhatian ia
mendengarkan.”(Navis, 1986:27)
“…ia mampu melihat kebesaran jiwanya.” (Navis, 1986:27)
3.1.2.7
Bahasa
Bahasa yang diguanakan
dalam cerpen nasihat-nasihat karya A.A Navis ini menggunakan bahasa Indonesia
(bahasa melayu)
“dan ninik mamak-nya pastilah takkan
membiarkan keponakannya hidup tersia-sia.”
(Naavis, :32)
(Naavis, :32)
“jika hilang bercari, jika tenggelam diselami.” (Navis,1986
:32)
3.1.2.8
Gaya
Bahasa
-
Metafora
“nah,
ucapanmu itu, sudah menunjukan betapa mudamu. Mukamu, gerakmu, dapat aku baca,
seperti aku membaca Koran saja.” (Navis, 1986:34)
“pada
air mukamu yang muda itu, dapataku baca semua.” (Navis, 1986:38)
-
Hiperbola
“seolah pada asap itu
terlukis segala ilham nasihatnya.” (Navis, 1986:28)
-
Pribahasa
“…sebagai orang tua
yang telah banyak makan garam kehidupan.”(Navis,1986:37)
3.1.2.9
Amanat
Kita
harus selalu menghormati orang tua, harus selalu mendengarkan nasihat orang tua karena nasihat orang tua itu
selamanya berharga.
Dari
cerita Hasibuan yang mendapat masalah
dan meminta nasihat dari orang tua. Namun
ketika Hasibuan diminta untuk
menikahi si gadis. Tanpa meminta pertimbangan dengan orang tuannya Hasibuan
setuju akan hal itu, karena ia pun
sangat mencintai si gadis. Orang tuanya merasa dilangkahi oleh Hasibuan dan
tidak berkata apapun orang tuanya langsung masuk ke kamar.
Dalam hal ini kita harus tahu bahwa kejujuran harus ditanamkan
pada diri kita sendiri, karena sesungguhnya itu
menyangkut kehidupan kita bukan hanya sekarang namun sampai nanti.
Sebagai anak kita harus mengetahui hak dan kewajiban orang tua terhadap
anaknya. Jangan hanya mengandalkan keinginan diri sendiri sehingga melupakan
dan tidak meminta nasihat kepada orang tua dan baru minta nasihat setelah
kalian melakukan hal itu. Ingat bahwa restu orang tua adalah restu Allah jangan
sampai kalian menyesal suatu saat.
3.1.3
Analisis Unsur Ekstrinsik Cepen Nasihat-nasihat karya A.A Navis
3.1.3.1
Biografi
Pengarang
A.A Navis nama
lengkapnya Ali Akbar Navis, lahir di Padang
Panjang, Sumatra Barat , pada
tanggal 17 November 1924. Pendidikannya di
Indonesisch Nederiandsch School, Kayutanam. Ia pernah bekerja di pabrik porselen Jepang 1944-1946,
menjadi kepala bagian kesenian pada jabatan kebudayaan Provinsi Sumatra Tengah
di Bukit Tinggi (1953-1955) dan menjadi
anggota DPRD Provinsi Sumatra Barat
(1971-1977).
3.1.3.2
Psikologi
3.1.3.2.1 Psikologi
Pengarang
A.A Navis menyampaikan sebuah perlawanan
melalui tokoh anak muda yaitu Hasibuan.
Perlawanan yang digambarkan A.A Navis juga tidak disampaikan secara terang-terangan. Anak muda ini tetap
mengikuti aturan adat yang memang sudah berlaku di tempat ia tinggal. Saat
mendapatkan sebuah kebimbangan ia selalu mendatangi orang tua yang
dianggapsepuh untuk dimintai nasihat namun tidak dijalankan.
Sebuah kritik akan sebuah adat yang selalu berjalan dengan kaku akan membuat sebuah penafsiran yang
salah.
3.1.3.2.2
Psikologi Pembaca
rupanya A.A Navis ingin memberikan suatu
pelajaran hidup untuk pembaca. Setelah saya membaca cerpen Nasihat-nasihat,
bahwa dalam kehidupan ini terjadi berbagai suatu peristiwa, suatu rintangan,
ujian namun kita harus menghadapinya
dengan keyakinan jika kita memiliki kebenaran dalam diri kita. Ketika saya
membaca cerpen ini saya menyadari bahwa cerita yang terkandung didalamnya
merupakan cerminan dari kehidupan kita, saya sadar bahwa nasihat orang tua
adalah untuk kebaikan kita sebagai anak.
3.1.3.3
Keadaan Lingkungan Pengarang
melihat
keadaan di lingkungan tempat tinggal di Padang Panjang, khusunya di
Minangkabau yang saat itu masih berpagarkan adat bahwa setiap anak muda harus meminta nasihat kepada orang tua.
Apapun nasihat yang disampaikan harus dilakukan meskipun nasihat yang diberikan
belum sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Disini A.A Navis mengkritik
keadaan lingkungan tempat tinggalnya, bahwa orang tua boleh memberi nasihat
kepada anak-anaknya namun berikanlah kebebasan untuk anak memilih jalan
hidupnya sendiri selagi itu baik untuknya, untuk keluarganya, serta baik untuk
agamanya.
3.1.3.3.1
Lingkungan Ekonomi
lingkungan ekonomi yang terkandung dalam
cerita pendek Nasihat-nasihat karya A.A Navis ini bahwa dari tokoh Hasibuan,
orang tua, dan gadis desa lingkungan ekonominya cukup terlihat pada
kutipan :
“lebih
dulu ia lepaskan punggungnya ke sandaran sofa dengan lelahnya. Diisapnya lagi
cangklongnya beberapa kali.” (Navis, 1986:28)
“Ya.
Ketika pesuruh kantor memberi tahu, ada
tamu untukku….”(Navis,1986:31)
“malah kuberi dia
ongkos.” (Navis, 1986:31)
“Ya. Dia tak mau.
Uangku tak diterimanya. (Navis,1986 :31)
3.1.3.3.2
Lingkungan
Politik
Lingkungan politik yang terdapat dalam cerita pendek ini ketika
orang tua menyuruh Hasibuan untuk menyerahkan gadis desa itu ke polisi karena
mengira bahwa gadis desa itu akan menjebak Hasibuan.
“…serahkan dia pada
polisi.” (Navis, 1986:34)
3.1.3.3.3
Lingkungan
Sosial
Cerpen Nasihat-nasihat karya A.A Navis ini
menggambarkan lingkungan sosial dalam daerah Minangkabau yang pada saat itu
masih mengenal pagar adat. Bahwa seseorang wanita bisa dikatakan ia adalah
gadis desa harus memiliki sikap sopan santun, halus budinya, tahu adat serta
memiliki sifat pemalu. Lingkungan sosial yang disampaikan oleh A.A Navis selanjutnya yakni bahwa seseorang gadis yang
ingin dinikahi, keluarganya harus melamaratau meminang pihak laki-laki terlebih
dahulu karena hal itu merupakan adat Minangkabau.
“Hm.
Seorang gadis. Gadis desa pula lagi. Yang mestinya pemalu, tahu adat, kesopanan
tinggi….”(Navis, 1986:32)
“biarkan
orang tuanya meminang kau, seperti adat Minangkabau.”(Navis,1986 :39)
BAB
4
SIMPULAN
4.1 SIMPULAN
Jadi didalam cerpen nasihat-nasihat karya
A.A Navis ini bertemakan kungkungan adat dalam masyarakat, bahwa kebiasaan anak
muda yang meminta nasihat kepada orang tua agar hidupnya mampu
berjalan dengan baik. Terlihat dari kutipan cerpen bahwa Hasibuan seorang
pemuda yang sedang mengalami masalah meminta nasihat kepada orang tua. Serta
amanat yang bisa kita ambil bahwa sebagai seorang anak harus selalu
mendengarkan nasihat orang tua, namun sebagai orang tua juga kita jangan
terlalu mengekang keinginan anak, selagi itu masih didalam batas
kewajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Nurgiyantoro,
Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Navis,
A.A 1986. Robohnya Surau Kami. JAKARTA: PT.Gramedia Pustaka Utama.
www.Apresiasi
sastra-wikipedia bahasa Indonesia.com
id.wikipedia.org/../Apresiasi-Sastra
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus